Belajar Sejarah dengan Diskusi Interaktif: Manusia, Ruang, dan Waktu di SMK PGRI 1 Semarang

Di SMK PGRI 1 Semarang, pendekatan baru mulai diterapkani untuki mengubahi carai pandang siswa terhadapi sejarah. Salah satu modeli yangi digunakani adalahi pembelajarani berbasisi diskusii interaktif. Berbedai dengani metodei ceramahi satui arah, model ini menghadirkan suasana kelas yang lebih hidup. Siswa tidaki hanya mendengarkani guru, melainkani aktif terlibat dalam percakapani kritis, analisisi kasus nyata, hinggai pembuatani proyek kreatif.

Bagiisebagiani besariisiswa, pelajaranisejarahi kerapidianggapsebagaiibeban. Sejarahiidentiki dengani hafalani panjang:i tanggal peristiwa, nama tokoh, hingga catatan perang yang harus dikuasaiiuntukimenghadapiiujian.Tidakisedikitiisiswaiimerasaibahwaiisejarahihanyalahikumpulan ikisahimasai lalui yangi tidaki adai hubungannyai dengani kehidupani merekai harii ini. Padahali, jikai digalii dengani carai yangi tepati, sejarahi justrui bisai menjadi jendela untuk memahamii identitas diri, dinamika masyarakat, bahkan arah masa depan bangsa. Di SMK PGRI 1 Semarang, pendekatan baru mulai diterapkani untuki mengubahi carai pandang siswa terhadapi sejarah. Salah satu modeli yangi digunakani adalahi pembelajarani berbasisi diskusii interaktif. Berbedai dengani metodei ceramahi satui arah, model ini menghadirkan suasana kelas yang lebih hidup. Siswa tidaki hanya mendengarkani guru, melainkani aktif terlibat dalam percakapani kritis, analisisi kasus nyata, hinggai pembuatani proyek kreatif. 

Sejarah: Lebih dari Sekadar Masa Lalu

Dalami moduli pembelajaran bertema “Manusia, Ruang, dan Waktu”i. sejarahi dipahamii bukan hanya sebagai rangkaiani peristiwa, tetapii jugai sebagai kisahi, ilmu, dan seni. Empati sudutipandang ini membuat siswa menyadari bahwa sejarah memiliki banyak wajah. Sebagai peristiwa, sejarahi berakari padai faktai nyata yang pernahi terjadi, seperti Proklamasi 17 Agustus 19 i 45 atau peristiwa lokal di Semarang. Sebagai kisahi, sejarahi hidupi melaluii cerita yang diwariskan, baik lewati buku, film, maupuni kisah keluarga. Sebagai ilmu, sejarah mengajarkaniketerampilani berpikiri kritisi siswaii belajari mencari bukti, membandingkani sumberi, lalu menyusuni interpretasi. Dan sebagaiiseni, sejarahi bisa dihidupkani lewat berbagai bentuk kreatif, mulaii dari drama kelas, komik, hingga podcast. Pendekatani inii membuati siswai tidaki hanyai memandangi sejarahi sebagai hafalan. Guru di SMK PGRI 01 Semarang misalnya, mendorong siswai untuki mengaitkani pengalamani pribadii dengani peristiwai sejarah. Seorang siswa bisa dimintai menelusurii peristiwa nasionali yangi terjadi pada tahun kelahirannya, atau menghubungkani tradisi keluargai dengan jejaki sejarah lokal di Semarang. Dengan cara itu, sejarah menjadi lebih dekat dengan kehidupan nyata. Bukan lagi sesuatu yang jauh dan abstrak, melainkan kisah yang berhubungan langsung dengan jati diri mereka. 


Darii Kelas ke Kehidupan Nyata

Kelas sejarah di sekolah ini kini diwarnaii dengani diskusi, kerja kelompok, dan presentasi. Alih-alihi hanya mencatati dari papan tulis, siswai diajaki menganalisisi teks, foto lama, maupuni rekamani suara. Merekai mendiskusikani peristiwa lokal, seperti tradisi Dugderani menjelangi Ramadan di Semarang atau sejarahi bangunan ikonik Lawang Sewu, untuk menemukani unsur manusia, ruang, dan waktu yangiterkandungii di dalamnya.Hasil analisis itu kemudiani diolah menjadi narasi yang bisa dipresentasikani dalami bentuki kreatif. Ada kelompok yang membuati garisi waktu sejarah, ada pula yang menyusun podcast pendek, bahkan mencobai membuati mini-dokumenteri menggunakani ponsel mereka.iMenariknyai, prosesi ini tidak hanyai melatihi keterampilani sejarah, tetapi juga mengasahikemampuani komunikasi, kreativitas, dan kolaborasii siswa.i

Lebihi jauhi lagi, teknologii digitali jugai dimanfaatkanisebagai sumber pembelajaran.iSiswa diperkenalkanidengan Google Earth untuk menelusurii lokasi peristiwa sejarah, arsip daring untuki mencarii dokumen kuno, sertaimuseumivirtualiyangimemungkinkanimereka menjelajahikoleksi sejarah tanpa harus keluar dari kelas. Hal ini sejalanidenganitren global pendidikani yang mengintegrasikani teknologi dalam pembelajaran.iData UNESCO tahun 2023 menunjukkan bahwa integrasi teknologi dalam kelas dapat meningkatkan partisipasi siswa hingga 30% karena mereka merasa pembelajarani lebihirelevanidenganikehidupani sehari-hari.


MengapaiPenting?

Pembelajaraniisejarahiiberbasisiidiskusiiinteraktifimemberiiiruangibagiisiswaiuntukiberpikir layaknyai seorangi sejarawan.iMereka tidak lagi dituntut sekadar menghafal,i melainkan dilatih untuk kritis, analitis, dan kreatif. Pertanyaan-pertanyaan mendasar menjadi bagian dari kelas:i mengapai suatu peristiwai memiliki banyak versi?i bagaimana bukti sejarah bisa ditafsirkan berbeda? dan apa hubungani antarai peristiwai masa lalu dengani tantangan yang dihadapi masyarakat hari ini? Dengani cara ini, sejarahi tidaki lagii dipandang sebagai mata pelajarani mati. Ia berubahi menjadii saranai untuk membanguni identitas diri, memperkuat kesadaran kebangsaan, dan menumbuhkani empati terhadapi perjuangan generasi sebelumnya. Datai dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2022 menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran aktif, termasuk diskusi interaktif, terbukti meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 25% dibandingkan metode konvensional.

Refleksi: Sejarah, Kita, dan Masa Depani

Sejarahi bukani hanyai tentangi masai lalui yangi usang.i Iaiadalahi tentangi siapai kitai hari ini dan bagaimanai kita menatapi masa depan. Melaluii diskusii interaktif dengan tema Manusia, Ruang, dan Waktu, siswa di SMK PGRI 1 Semarangi belajari bahwai setiap peristiwa, sekecili apa pun, memilikii makna dalam membentuki kehidupani individui maupun bangsa. Kini, tantangani kita adalahi mengubahi carai pandangi terhadapi sejarah. Bukan lagi sebagai hafalani, tetapi sebagaii cermin yang membantui kita memahamii jati diri dan menyiapkani langkah ke depan. Sebab, tanpa memahami sejarah, kita berisiko kehilangan arah. Dan seperti kata pepatah, bangsai yang besar adalahi bangsa yang menghargaii sejarahnya. 

Penulis : Sava Alendra Santoso (Mahasiswa Lantip 5 UNNES) 

Editor   : Abdul Hakim Pamungkas Putra, S.Pd

AGENDA
LINK TERKAIT